TANUR TINGGI
Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang mempunyai peranan yang sangat
besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih
di zaman modern seperti sekarang. Kelimpahannya juga sangat besar, 50.000 ppm atau 5% dan merupakan jenis logam terbanyak kedua di kulit bumi. Karena kelimpahannya yang sangat besar itulah maka besi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan industri
konstruksi. Besi berada dalam bentuk senyawanya, terutama sebagai bijih besi, yang
mengandung Fe2O3 (hematite), Fe2O3.H2O (limonit), Fe3O4 (magnetic), FeCO3(siderite), dan FeS2 (pirit).
Di udara besi mudah mengalami korosi, yaitu proses perusakan (keropos) pada permukaan besi yang
disebkan reaksi
dengan oksigen membentuk oksida besi,
yang dalam kehidupan sehari-hari
dikenal sebagai karat
besi. Korosi besi berlangsung sangat cepat pada kondisi lembab dan adanya garam.
Dalam industri, besi diisolasi melalui proses reduksi dari oksidanya, Fe2O3, atau oksida-oksida
besi lainnya yang terkandung dalam bijih besi.
Zat pereduksi yang digunakan adalah
gas karbon monoksida (CO) pada suhu tinggi. Agar besi tahan karat maka besi dicampurkan logam-logam lain yang memenuhi syarat, yaitu
sifat fisika dan sifat kimianya yang mirip
besi.
Baja merupakan produk utama industri besi-baja.
Baja tahan terhadap
pengaruh lingkungan mudah
dibentuk dan ditempa, memiliki kekerasan yang baik, mengandung 0.02%-1.5% karbon.
Macam-macam besi baja
Berdasarkan kadar
karbon dan unsur-unsur lain yang
terdapat didalamnya, besi dapat
dibedakan menjadi:
1. Besi Tuang, yaitu besi yang dihasilkan
dari tanur tinggi. Sifat besi tuang antara
lain:
a.
Mengandung 3%-6% karbon
serta sejumlah kecil silicon, mangan ,
fosfor, dan belerang.
b.
Sangat keras tetapi rapuh.
c.
Tidak dapat ditempa
d.
Titik leleh rendah.
Berdasarkan sifat
ini, besi tuang mudah digunakan pada alat-alat yang dibuat dengan
cetakan, seperti kaki mesin jahit, setrika,
lumpang besi , dan sebagainya. Karena titik lelehnya rendah maka mudah dicairkan dan dituangkan ke dalam cetakan.
2. Besi Baja
Sifat
besi baja antara lain:
a.
mengandung 0.02%-1.5% karbon.
b.
keras tetapi dapat ditempa
c.
tahan korosi
3.
Besi tempa
Sifat besi tempa, antara
lain:
a. mengandung kurang dari 0.5% karbon.
b. kurang keras dan mudah ditempa.
Jenis
besi ini banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk paku, kawat, besi
beton, dan sebagainya.
Pengolahan besi dari bijinya
Prinsip pengolahannya:
Besi
dihasilkan dari oksida besi (Fe2O3), melalui reaksi reduksi dengan karbon
monoksida pada suhu relatif tinggi (>15000C).
Reduksi berlangsung beberapa tahap, dan reaksi yang terlibat bersifat reversible, di mana kesetimbangan bergantung
pada tekanan relatif dari CO dan CO2 dalam tanur tinggi.
Bahan
baku yang digunakan dalam proses pengolahan besi pada tanur tinggi adalah:
1.
Biji besi
a.
Biji besi yang digunakan terutama dalam bentuk
hematite, geotit, dan magnetic.
b.
Kokas sebagai zat pereduksi.
Kokas sebagai sumber karbon berkadar tinggi, dibuat dari
pemanasan batu bara didalam oven kedap
udara. Hasil sampingan pembuatan kokas ini adalah gas bakar yang dapat
digunakan kembali sebagai bahan bakar untuk pemanasan oven dan pemanasan awal
tanur tinggi. Hasil samping lainnya
adalah benzen, tar, toluen, naftalen, dan ammonium sulfat.
c.
Batu kapur.
Batu
kapur (CaCO3 ), digunakan sebagai bahan untuk
mengikat silika pada reaksi dalam
tanur tinggi. Hasilnya
adalah kalsium silikat
(CaSiO3),
yang menjadi ampas buangan kerak tanur tinggi.
d.
Udara
Udara dipanaskan,
ditiupkan dari bagian
bawah tanur tinggi
untuk membakar karbon menjadi gas
CO2 yang selanjutnya
bereaksi lagi dengan karbon membentuk gas CO, yang nantinya akan mereduksi
oksida besi. Rata-rata untuk menghasilkan 1 ton besi, diperlukan bahan baku 2
ton biji besi, 1 ton kokas, 0.3 ton kapur, dan 4 ton udara.
Pengolahan besi dari
bijinya.
a.
Pemanggangan
Biji hematite (Fe2O3),
mula-mula dicuci dengan air sampai bersih dari tanah yang melekat. Setelah kering hematite tersebut lalu
dipanggang. Sejumlah karbonat atau sulfida ditambahkan yang hasil penguraiannya
dapat bersenyawa dengan silika sebagai pengotor membentuk kerak.
2. Pencairan
Biji besi hasil pemanggangan dicampurkan dengan batu kapur
dan kokas dengan perbandingan
5:2:1, dan dimasukan
ke dalam tanur
tinggi. Tanur tinggi
adalah menara berbentuk selinder
yang pada bagian
menaranya dilengkapi dengan
reaktor untuk menghasilkan
temperatur tinggi dalam tanur. Tanur tinggi juga dilengkapi dengan “cup and
cone” untuk memasukan bahan baku
melalui bagian atas tanur tinggi. ”cup” merupakan wadah berbentuk
piala , dihubungkan dengan “cone” yang berbentuk kerucut.
Berfungsi sebagai katup yang dapat terbuka dan tertutup. Selain itu, terdapat
saluran untuk melepaskan gas-gas buangan. Ketika mendekati dasar terdapat dua
saluran untuk memisahkan kerak dan cairan besi. Bagian lain tanur, yaitu bagian tuyer, yang merupakan saluran kecil di mana suhu udaranya berkisar 5000-7000C, tekanan udaranya dibuat rendah.
Reaksi-reaksi
yang terjadi
1)
Reaksi dengan gas pada suhu tinggi
Ketika
udara panas yang telah bebas dari uap air dan sebelumnya dipanaskan pada suhu 5000-7000
C, ditiupkan kedalam layer, gas tersebut akan bereaksi dengan karbon membentuk
gas karbondioksida.
C + O2 → CO2 ΔH
= -96.96 kkal
Reaksi
berlangsung eksoterm, panas yang dibebaskan menyebabkan temperatur yang sangat
tinggi (>15000C),
dibagian bawah tanur. Gas ini terdiri dari gas CO2 yang akan
bereaksi dengan karbon dan direduksi menjadi gas karbon monoksida (CO).
CO2 +
C → 2CO ΔH = -38.96 kkal
Ketika
reaksi berlangsung endoterm atau menyerap panas, temperature gas menurun
sehingga pada bagian
ini temperatur mencapai
12000-13000C. Bagian
tanur ini disebut penyerap panas karena pada saat gas
naik, reaksi gas CO2 dengan karbon pada setiap tahap
selalu menyerap panas, maka temperatur bagian dalam tanur makin ke atas makin
berkurang, sehingga saat mendekati saluran pembuangan temperature mencapai 3000C. Jika ada uap air dalam
udara yang ditiupkan, temperatur menjadi sangat rendah. Dengan persamaan reaksi
:
H2O + C → CO
+ H2 ΔH = + x
kkal
Reaksi
ini berlangsung endoterm sehingga menyebabkan pemborosan bahan bakar. Untuk
menghindari hal ini udara yang dipanaskan dilewatkan pada silika gel.
2)
Reaksi dengan gas pada suhu rendah
Ketika
campuran yang terdiri dari hematite, batu kapur, dan karbon dijatuhkan ke dalam
tanur tinggi, reaksi pertama yang terjadi adalah ferro oksida direduksi menjadi
oksida magnetic (feroso feri oksida) oleh karbon monoksida pada temperatur 3000-5000 C.


Pada
daerah feroso ferioksida direduksi menjadi ferioksida dan kemudian menjadi
besi.
![]() ![]() |
3FeO + CO2
|
(5000-7000C) ;
ΔH = 8.80 kkal
|
![]() ![]() |
Fe + CO2
|
(7000-9000C) ;
ΔH = -3.84 kkal
|
Sehingga reaksi ferioksida
menjadi besi oleh karbon monoksida berlangsung sempurna sebelum pada daerah
penyerapan panas. Jika titik leleh besi lebih besar dari 10000C reaksi besi diperoleh
dibagian spon. Hanya pada bagian atas penyerapan panas, pada temperature 1000°-1200°C
batu kapur terurai menjadi kapur (CaO) dan CO2.
CaCO3 ®
CaO + CO2
Kapur CaO bereaksi dengan silika membentuk cairan kalsium silikat yang
disebut kerak.
CaO + SiO2 ® CaSiO3
Pada saat CaSiO3 memasuki dasar tanur, cairan
tersebut menutupi cairan besi dan senyawa silika menjadi kerak.
Cairan logam berkumpul di bagian atas tanur dengan kerak di bagian
atasnya.
Ketika cairan terdapat di dalam tanur pada temperatur 1300-15000
C, bijih besi yang kotor
(mengandung pengotor seperti
fosfat, silikat, sulfid
dan sebaginya), juga
direduksi menjadi cairan besi yang biasanya mengandung sedikit sulfur,
silikcon, fosfor, mangan dan ± 3-4% karbon dalam bentuk karbida seperti
simentatit (Fe3C),
sehingga besi yang diperoleh dapat mencapai tingkat kemurnian 92-94%, dan
biasanya disebut “cas iron” atau besi tuang atau kadang-kadang juga
disebut “pig iron”. Besi cair yang dihasilkan tersebut dikeluarkan
melalui bagin bawah tanur tinggi. Kerak yang kemudian dapat dipergunakan
sebagai bahan campuran seman, pembuatan batu bata, dan sebagai bahan kontruksi
jalan.
Reduksi didalam tanur tinggi bersifat reversible gas yang terdapat dalam
tanur terdiri dari sejumlah besar
karbon monoksida yang
tidak terbakar dan
sejumlah kecil hydrogen, metana dan sebagainya. Dengan
komposisi rata-rata 60% N2,
24% CO, 12%CO2 . Gas panas keluar melalui bagian
atas tanur . gas buangan ini bersama debu dialirkan ke penangkap debu,
sehingga debu akan
mengendap sedangkan gas
buangan yang panas
akan mengalir ke pendingin yang berfungsi menurunkan suhu sehingga gas dapat dilepaskan
ke udara melalui cerobong asap.
Baja dan Proses Pengolahannya
Macam-macam baja
Baja
adalah besi yang mengandunbg 0.02%-1.5% karbon. Sifat baja tergantung pada
jumlah karbon yang dikandungya.
Berdasarkan
kandungan karbon, jenis baja dibagi menjadi :
1.
Baja lunak, yaitu baja yang mengandung kurang dari 0.2
% karbon. Disebut baja lunak karena mudah dibentuk dan diregangkan. Baja ini
bisa digunakan untuk membuat kabel dan rantai.
2.
Baja medium, yaitu baja yang mengandung 0.2%-0.6%
karbon. Baja ini digunakan untuk membuat rel, balok dan rangka.
3.
Baja karbon tinggi, yaitu baja yang mengandung
0.6%-1.5% karbon. Sifatnya keras, kaku, biasa digunakan untuk alat-alat logam,
per, alat pemotong dan alat rumah tangga

Gambar 1. Tanur Tinggi Pengolahan Besi
Disamping itu, untuk memperoleh efek khusus pada baja,
maka baja dicampur dengan logam-logam
transisi yang sesuai dengan
sifat, kualitas dan kegunaan
tertentu. Pencampuran dilakukan dengan hati-hati dan teliti untuk mendapatkan
komposisi campuran yang memenuhi sifat yang diinginkan. Jenis baja ini disebut
baja alloy atau campuran.
Efek khusus logam transisi yang dicampurkan pada baja ,
antara lain:
1. Kobalt : membuat
baja tetap kuat pada suhu tinggi.
2. Krom : membuat
baja menjadi lebih keras, tahan gesekan, tahan korosi, dan tahan temperature
tinggi.
3. Mangan : membuat
baja menjadi keras, tahan aus dan tahan gesekan.
4. Molibden : memperbaiki
kekerasan baja, tahan goncangan dan tahan temperature tinggi.
5. Nikel : membuat
baja tahan korosi
6. Silikon : pada
konsentrasi tinggi membuat baja tahan kondisi asam, pada konsentrasi rendah
memperbaiki sifat megnetik dan sifat listrik baja.
7. Vanadium : memperkuat
baja dan meningkatkan ketahanan baja terhadap panas.
Berdasarkan komposisi dan
jenis logam transisi yang dicampurkan, baja dibagi menjadi:
1.
|
Stainless steel
|
: baja tahan karat mengandung Cr 19%, Ni 9%, dan Fe 72%.
|
2.
|
Baja krom
|
: baja yang tahan karat tahan panas mengandung 12%-18%
Cr.
|
3.
|
Baja nikel
|
: baja tahan karat dan keras, mengandung 25% Ni.
|
4.
|
Baja mangan
|
: baja sangat keras mengandung 11%-14% Mn.
|
5.
|
Dan lain-lain.
|
|
Pembuatan baja
Untuk
membuat baja , maka “pig iron” atau besi tuang yang dihasilkan dari
tanur tinggi, harus dimurnikan terlebih dahulu untuk
menurunkan kadar karbonnya
(dari 5% diturunkan sampai di
bawah 1.5 %),
dan untuk menghilangkan bahan/unsur
lain yang mengotori
besi (belerang, fosfor, silikon dan sebagainya) dilakukan pemurnian
melalui berbagai metode, yaitu :
1.
Proses Bassemer
Proses Bassemer dikembangkan di Inggris tahun 1856.
Sejumlah leburan besi tuang dari tanur tinggi dimasukan ke dalam Converter
Bassemer (yaitu tanur untuk Proses Bassemer). Dalam metode ini, ke
dalam Conventer Bassemer ditambahkan
senyawa lain seperti dolomite ( MgCO3
dan CaCO3),
untuk mengikat zat pengotor di dalam besi. Sambil diputar terus dibawah tanur, melalui lubang-lubang dibawah tanur dimasukan
gas oksigen agar bereaksi dengan karbon, silikon, fosfor
dan belerang menjadi oksida-oksidanya. Oksida- oksida ini akan diikat
oleh oksida-oksida magnesium dan kalsium (MgO dan CaO) sebagai hasil penguraian
MgCO3 dan CaCO3 yang sebelumnya
dimasukan, menjadi kerak
yang mengapung diatas cairan besi. Selanjutnya besi cair yang sudah
mendekati murni dikeluarkan melalui lubang pada converter. Dan kerak yang
tertinggal dalam converter dapat dibuang.
Jenis baja yang dihasilkan Converter Bassemer ditentukan
dengan mengontrol karbon yang dikandungnya, serta jenis logam lain yang
dicampurkan untuk membuat logam aliasi.

Gambar 2. Konverter Bassemer
2.
Proses Open Hearth Furnace ( Proses terbuka)
Tanur
berupa piringan datar yang besar. Pada dasar kolom telah ditempatkan oksida
basa seperti CaO atau MgO yang nantinya
akan berguna sebagai zat pengikat. Ke dalam tanur tinggi dimasukan besi tuang,
besi bekas dan batu kapur. Campuran gas pembakar dan udara panas dilewatkan di atas piringan yang berisi besi
cair ini. Sementara diaduk maka akan berlangsung reaksi antara oksida-oksida
pengotor dengan CaO dan MgO menjadi kerak. Kelebihan proses ini adalah kualitas
baja yang dihasilkan mudah dikontrol kualitasnya secara terus menerus selama
proses ini berlangsung lama (8-10 jam ) sedangkan Proses Bassemer berlangsung
cepat (15 menit).

Gambar 3. Open Hearth Steel furnace
3. Proses BOP (Basic Oxigen process)
Pada proses ini, besi
tuang dicampur dengan besi rongsokan. Besi tuang meleleh di dalam besi tuang.
Kedalam tanur dimasukan oksigen murni melalui pipa. Oksigen murni ini akan membakar
zat pengotor didalam
cairan besi tuang.
Batu kapur yang
sebelumnya dimasukan kedalam tanur akan mengikat zat pengotor ini
menjadi kerak.
Hingga saat ini metode
BOP banyak digunakan karena baja yang dihasilkan mutunya tinggi, prosesnya
cepat (20-30 menit), pengontrolan kualitas mudah dilakukan, serta mudah
mencampurkan logam-logam lain untuk membuat baja aliasi.
Terakhir ini
dikembangkan proses busur listrik untuk menghasilkan kualitas baja yang lebih
baik lagi.

Gambar
4. Tanur Basic Oxygen Process

Gambar 5. Konverter Bassemer


Gambar
6.Basic Oxygen Process
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994022-SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/BESI_BAJA.pdf . Diakses : Tanggal 22/10/2011 jam
6 pagi
0 comments:
Post a Comment
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya.